Info Traffic Management Center Polda Metro Pada Hari

HOT TOPIC ON BM2C

Safety Riding Selama Mudik

Simak tips & trik Safety Riding Seputar Mudik agar mudik aman dan nyaman yg dibimbing oleh Bro Iwan secara lugas & jelas . baca selengkapnya...

Sabtu, 29 Mei 2010

Touring Susur Pantai 2 BM2C Bag. 1

Semua orang mungkin baru menutup mata dan berkelana di alam mimpi ketika kami memulai perjalanan dari basecamp BM2C, Inpres 19 Ciledug - Tangerang, jam tangan menunjukkan pukul 00:10, berarti sudah memasuki hari kamis tanggal 13 Mei 2010. Cuaca cukup cerah saat kami melaju menuju lokasi pertama yaitu Desa Sindang Barang Cianjur yang merupakan tujuan awal untuk melakukan ekspedisi susur pantai BM2C. Berbekal semangat petualang, secarik peta pulau Jawa, perlengkapan APD (Alat Pelindung Diri); mulai dari Sepatu, Helm Full Face (SNI) dan balaclava, jaket BM2C yang dilapisi rompi dan tidak lupa Decker (pelindung lutut dan sikut) yang baru kami beli :).

Diawali oleh bro Roni dengan Honda Vario biru dan rompi yang bagian punggungnya gemerlap dengan nyala lampu putih sebagai panduan, diikuti oleh bro Iwan dengan Yamaha V-ixion Hitam yang hingar bingar dg klakson barunya, diikuti pula oleh bro Dede dengan Yamaha V-ixion biru yang lincah, di belakangnya terdapat bro Brury yang setia dengan Yamaha Vega dan sebagai sweeper adalah bro Freddy selalu siaga dengan Yamaha Scorpio yang perkasa dan bro Ucup sebagai boncenger dengan lampu patrolinya. Kami berenam meluncur menuju cianjur, melewati Parung - Bogor - Puncak dengan aman dan leluasa karena jalanan saat itu sepi.

Setelah sekitar 2,5 jam kami berpacu melawan dinginnya jalanan Puncak dan Bogor, sampailah di perempatan Cianjur sekitar pukul 02:30. Kami berhenti sejenak untuk melihat posisi pada peta dan rute yang akan dituju, kami pun sempat bertanya pada sebuah kedai kopi untuk lebih meyakinkan yang akhirnya kami memperoleh informasi bahwa rute terdekat dan bagus untuk dilalui menuju Sindang Barang adalah berbelok ke kanan dari arah perempatan (bundaran) dimana kami berada, melalui Terminal Pasir Hayam Cianjur. Bergegas kami melanjutkan kembali perjalanan, rupanya kondisi jalanan disana cukup lebar dan bagus untuk dilalui sampai akhirnya memasuki pegunungan Cibeber – Desa Sukamaju dimana kondisi jalanan tidak terlalu lebar, cukup licin berliku-liku dan berpasir sehingga kami harus berhati-hati untuk menghindari sliding.

Waktu baru menunjukkan pukul 03:30 dan angka digital pada speedometer menunjuk pada angka 144 KM ketika kami berhenti di sebuah warung kopi yang masih buka, tepatnya di desa Sukamaju kecamatan Sukanegara Cianjur. Hujan gerimis pun baru turun ketika semangkuk mie instan dan secangkir kopi kami lahap dengan nikmatnya untuk menghangatkan tubuh. Cukup lama kami beristirahat sampai tiba waktunya sholat Shubuh di mesjid terdekat.

Sekiranya badan sudah fit kembali, dengan semangat yang menggelora kami melanjutkan perjalanan, disambut hujan gerimis dan kabut yang cukup tebal hingga membuat visor Helm kami berembun, apalagi dengan kaca mata bro Iwan yang ikut berembum pula hingga menghalangi jarak pandang. Baru sekitar 20 menit kami berjalan di keheningan pegunungan dan jalanan yang berlubang, kami disuguhkan pemandangan yang sangat eksotis, dimana sebagian Desa Cianjur yang ada diantara lembah tertutup kabut pagi diwarnai dengan kilau matahari yang baru saja bersinar. Tentu saja kesempatan ini tidak kami sia-siakan untuk didokumentasikan.

Setelah puas menikmati pemandangan yang jarang kami lihat tersebut, akhirnya perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri jalan yang cukup terjal disertai lubang-lubang yang cukup dalam sampai akhirnya terjadi sliding pada vario bro Roni, tapi hal itu tidak berakibat fatal karena skill yang sudah terlatih disertai dengan APD yang dikenakan. Belum lama kami berjalan, pesona alam Cianjur memaksa kami untuk berhenti dan menikmati indahnya air terjun yang terdapat di pinggiran jalan, bergegas kami dokumentasikan tempat tersebut.

Akhirnya sekitar pukul 9:45 kami tiba di Sindang Barang, menurut informasi sepanjang jalan tepi pantai dari Sindang Barang sampai Garut, tidak terdapat SPBU sehingga beberapa motor dari kami yang cc-nya kecil mau tidak mau harus membeli premium eceran yang dijajakan penduduk di beberapa ruas jalan. Ternyata tidak hanya motor yang minta diisi, perut kami pun minta diisi pula, sehingga kami memutuskan untuk beristirahat sekalian sarapan di sebuah RM Sederhana di tepi Pantai Cidaun, yaitu sekitar 17 KM lagi menuju lokasi Pantai Jayanti dimana kabarnya menjanjikan pantai yang eksotis.

Usai istirahat makan yang cukup lama hingga membuat beberapa orang personil tertidur, kami melanjutkan kembali perjalanan menuju pantai Jayanti menyusuri desa Cidaun. Saat melewati perkampungan nelayan, kami sempat berhenti di sebuah jembatan yang melintasi muara cukup lebar dimana terlihat beberapa orang penduduk membuat petak-petak bendungan kecil di tengah sungai yang dangkal dengan pasir dan bebatuan kecil untuk menjaring ikan-ikan kecil yang dapat mereka jual. Rupanya sungai yang jernih itu adalah sumber kehidupan mereka, karena ada beberapa penduduk juga terlihat sedang mandi, mencuci baju dan bahkan yang membuat kami takjub adalah mencuci motor di tengah sungai.

“Objek Wisata Pantai Jayanti”, tulisan itulah yang pertama kali kami lihat ketika melewati sebuah gapura, berarti kami sudah memasuki kawasan wisata Pantai Jayanti pada sekitar pukul 12:10. Tidak ada tiket masuk yang harus kami bayar. Dari arah pintu masuk terdapat dua jalan bercabang, ke kiri ke arah pantai dan ke kanan ke arah resort dan cafĂ©. Kami memutuskan ke arah pantai dengan batu karang dan pasir yang berwarna hitam. Sejenak kami bermain dengan ombak dan mengambil dokumentasi tempat tersebut. Pantai Jayanti cukup landai meskipun tidak lebar dengan adanya beberapa batu karang di pasir membuat tempat tersebut eksotis ditambah ramainya para nelayan di penjuru pantai. Dari kejauhan terlihat semenanjung Ranca Buaya dimana itulah lokasi selanjutnya yang akan kami datangi.

Perjalanan dilanjutkan kembali menuju pantai Rancabuaya – Garut, rupanya di rute ini kami benar-benar diuji keahlian berkendara, dimana harus melewati jalanan yang hanya terdiri dari batuan besar dan sebagian ruas jalan lainnya baru diratakan dengan batuan kerikil kecil, sehingga kami harus ekstra hati-hati untuk menghindari sliding. Sekitar pukul 13:45 kami tiba di Pantai Rancabuaya, setelah membayar tiket masuk sebesar Rp. 3.000,00/dewasa dan Rp. 1.000,00/motor, kami langsung disajikan pantai yang cukup nyaman dimana terdapat beberapa gazebo (saung bambu) yang teduh dan dilindungi pepohonan rindang, gazebo-gazebo tersebut memang sengaja dibuat oleh pemerintah setempat untuk disewakan dengan tarif sebesar Rp. 5.000,00/jam. Setelah menentukan gazebo yang kosong dan cukup nyaman, kami langsung merebahkan diri untuk menghilangkan lelah sambil menikmati semilir angin laut dan kelapa muda yang segar.

Dari Ranca Buaya kami berangkat kembali sekitar pukul 15:30 menuju lokasi berikutnya, yaitu Pantai Santolo Garut, sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan pesisir pantai yang terlihat landai dan cukup membuat kami berdecak kagum, sampai akhirnya kami berhenti beberapa kali untuk berfoto dan video shooting.

Akhirnya sampai juga di Pantai Santolo, tapi sayang kami tidak bisa melihat lebih banyak lagi karena tiba disana sekitar pukul 17:30 sehingga hanya bisa menikmati temaram lampu dan hembusan ombak. Akhirnya kami memutuskan untuk mencari lokasi bagus yang dapat didokumentasikan. Adalah sebuah Stasiun Peluncuran Roket LAPAN yang menarik perhatian kami untuk berfoto-foto. Mengingat waktu Maghrib telah tiba, maka kami lanjutkan kembali perjalanan menuju daerah Pameungpeuk – Garut, hanya beberapa menit saja kami sudah tiba di keramaian Pameungpeuk Garut, kota yang kecil tapi berkembang. Akhirnya kami berhenti di sebuah SPBU untuk menunaikan sholat Maghrib dan beristirahat.

Setelah merasa bersih dan menunaikan sholat Maghrib, kami sekaligus menyantap hidangan Rumah Makan Sederhana di SPBU Pameungpeuk tersebut. Diantara nikmatnya lalapan dan sambal, muncullah perbincangan menarik dengan salah seorang Petugas Keamanan SPBU, beliau memberitahukan bahwa kami harus melalui Hutan Sancang untuk tiba di Cipatujah, dimana Hutan Sancang ini menurut mitos terkenal dengan Ilmu Magic dan Hewan Buas seperti Harimau dan Babi Hutan. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka apabila menjumpai hewan buas tersebut, jangan pernah menyorotkan lampu tetapi bunyikan klakson sekencang-kencangnya saja. Petuah tersebut kami camkan dalam ingatan ketika motor kami mulai berjalan kembali menembus kegelapan malam.

Waktu menunjukkan pukul 21:00 ketika kami mulai memasuki daerah hutan Sancang. Sebuah hutan lindung yang dipenuhi dengan pepohonan besar dan padat, sebagian besar lagi adalah perkebunan Karet yang dimiliki oleh pemerintah. Klakson kami bunyikan beberapa kali untuk memecah keheningan malam juga sebagai tanda izin masuk, kendaraan pun kami jalankan pelan-pelan karena memang jalanan cukup kecil dan berlubang, tidak banyak gerakan yang kami lakukan meskipun itu hanya sekedar melirik ke kanan atau ke kiri selama melewati hutan tersebut selain menatap ke depan dan waspada dengan apa yang akan terjadi, kami juga tidak lupa selalu membunyikan klakson apabila akan melewati belokan dan jembatan. Entah berapa belokan dan jembatan yang telah kami lalui, rasanya kami diajak berputar-putar mengelilingi hutan sancang yang gelap pekat diantara rimbunnya pohon karet. Hujan turun gerimis ketika kami melihat beberapa bebatuan besar menjulang berwarna putih diantara gelapnya hutan sancang. Akhirnya kami menemukan titik cahaya yang berasal dari lampu rumah penduduk, berarti kami sudah berhasil melalui hutan sancang dan kembali ke peradaban.

Kami Menghela nafas lega dalam hati masing-masing ketika menemukan kembali jalanan yang cukup ramai, sekitar pukul 22:00 kami tiba di pantai cipatujah, dan ternyata pantai tersebut sudah gelap gulita dan tidak ada orang berlalu-lalang. Akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan kembali perjalanan ke lokasi berikutnya. Tibalah kami di Pantai Sindangkerta pada pukul 22:30, ternyata tidak jauh beda dengan pantai Cipatujah, disana kami hanya menjumpai pantai kosong dengan ombak yang sedang pasang. Untung saja masih ada warung kopi yang masih buka, segelas kopi ABC Susu dan Indomie Rebus jadi menu utama malam itu. Setelah beberapa lama kami melahap hidangan ternyata warung kopi tersebut sudah mau tutup, terpaksa kami harus segera beranjak dan mencari tempat singgah untuk menghabiskan sisa malam. Tapi sungguh sayang bagi kami, karena terlampau malam maka tidak ada kesempatan untuk mencari rumah singgah, adalah Masjid Al-Falah yang terdapat di pintu masuk Pantai Sindangkerta menjadi pilihan terakhir kami untuk beristirahat.

Hujan deras yang turun diantara gelombang pantai Sindangkerta menambah semarak ombak yang bersahutan menerjang karang sambut pagi hari kami, tidak terasa sudah 2 hari 2 malam kami meninggalkan Jakarta untuk melakukan ekspedisi.

Kami telah bersiap melanjutkan perjalanan ketika hujan mulai turun dan membersihkan kotoran yang menempel di kendaraan kami. Untung saja tidak begitu lama hujan berhenti, kami pun segera memacu kendaraan menuju lokasi selanjutnya yaitu pantai Karangtawulan. Waktu baru menunjukkan pukul 6:30 ketika kami melewati daerah perkampungan dengan jalan lurus dan nyaman dilalui. Meskipun beberapa kali dihadang hujan, perjalanan tetap dilanjutkan karena di depan kami cuaca terlihat cerah.

Ternyata tidak butuh waktu lama akhirnya kami sampai di depan pintu masuk pantai Karangtawulan sekitar pukul 7:10, terlihat jalanan kecil yang menanjak untuk masuk ke pantai Karatngtawulan mungkin orang yang baru berkunjung tidak akan mengetahui ada pantai yang tersembunyi dibalik tanjakan gerbang pantai Karangtawulan. Sampailah kami di tempat parkir kendaraan, dan berhenti di depan sebuah warung kopi. Serta merta kami langsung melahap mie instan beserta gorengan dan segelas susu coklat panas sebagai menu sarapan pagi.



Untuk masuk ke pantai ini hanya dikenakan Rp. 2.200,00/orang. Harga tersebut sungguh sangat murah sekali apabila dibandingkan dengan pemandangan yang disuguhkan. Diantara pantai yang telah kami kunjungi, pantai Karangtawulan-lah yang nomor 1. Dari arah tempat parkir, kami hanya berjalan beberapa langkah ke arah tebing pantai sudah bisa melihat keindahan alam yang membuat kami tertegun, seperti dikatakan oleh bro Iwan, “tidak perlu ke bali untuk menikmati pemandangan yang luar biasa, ternyata di jawa barat juga masih ada”. Memang pesona alam pantai Karangtawulan tidak jauh seperti di Bali, kita dapat melihat luasnya lautan dari atas tebing dan batuan karang terjal yang menawan, terlebih rumput hijau tempat dimana kita berdiri. Sungguh hal tersebut tidak akan kita temukan di Jakarta.

bersambung ke Bagian 2...

Catatan Perjalanan:

Rute:
Ciledug - Parung - Bogor - Puncak - Cianjur - Pasir Hayam - Cibeber Sukamaju - Sukamaju Sukanegara - Cidaun - Sindangbarang - Pantai Jayanti - Pantai Rancabuaya - Pantai Santolo Garut - Pameungpeuk - Leuweung Sancang - Cipatujah - Pantai Cikalong - Pantai Sindangkerta - Pantai Karang Tawulan -

Tarif :
- Karcis Masuk Pantai Jayanti = Rp. 0
- Karcis Masuk Pantai Rancabuaya = Rp. 3000,-/orang, Rp. 1000,- /motor, Gazebo = Rp. 5000,- /jam, Kelapa Muda = Rp. 3500,-
- Karcis Masuk Pantai Karangtawulan = Rp. 2200,-/motor

Tulisan ini dimuat pula di detikOto.com :Touring BM2C Menembus Hutan Sancang Nan Angker

4 komentar:

iwan black vixy '08 mengatakan...

Ajiib.... mantab bro and sist... pesisir pantai Selatan Jawa Barat memang menyimpan segudang pemandangan yang sangat indah... sayang Pantai Bungbulang terlewatkan karena ketidak tahuan kami... See You On The Next Touring Bro...

Bravo Bikers....
Bravo BM2C....

regard,


iwan black vixy '08

Broery mengatakan...

Salam The Bikers di santero jakarta & Sekitarnya,
Dalam perjalanan sepanjang jalam menembus larutnya malam,banyak sekali terlewat tempat2 wisata yang tidak kalah dengan apa yang anda lihat saat ini,ini dibuktikan hasil dari penelusuran objek wisata di Kab.Cianjur,Kab.Garut-dalam dalam hari sangat disayangkan,tapi gpp dech nextime kita pasti akan berwisata ketempat tsb.
Keep On Brotherhood

Broery mengatakan...

Revisi bro : Dalam Hati sangat disayangkan

ari mengatakan...

Selamat dan sukses atas terselenggaranya touring kemarin & dipersory banget tmn2 kemarin ane gak bisa ngawal kalian semua tp alhamdulilahnya lancar2 aj kan? wah pemandangannya ajib banget.

Salam Kompak
Ari_The Green King

Posting Komentar